Rabu, 19 April 2017

Cleopatra Ratu Mesir


Seorang Firaun Mesir terakhir yang menggunakan senjata "kewanitaan" untuk mempertahankan takhta dan pengaruhnya. Ia merupakan ratu cantik mempesona yang bisa mempengaruhi tokoh besar Romawi seperti Julius Caesar dan Mark Anthony.
Romawi merupakan kerajaan dan sumber kekuatan terbesar di “dunia Barat” pada masa itu (510 SM - 476 M). Namun dalam sejarah kejayaan selama 500 tahun, Romawi juga mengalami perang saudara. Di ujung perang saudara yang paling berkecamuk dalam sejarah Romawi, Mesir Kuno dibawah pemerintahan Cleopatra adalah satu kerajaan besar yang ditaklukkan.

Cleopatra adalah salah satu putri dari raja Ptolemy XII, firaun (raja) Mesir yang berkuasa pada tahun 80-58 SM dan 55-54 SM. Dinasti Ptolemy ini sebenarnya berasal dari Macedonia yaitu sebuah wilayah di semenanjung Balkan di Eropa Selatan. Cleopatra VII Phelopator yang lahir pada Januari 69 SM - 12 Agustus SM adalah seorang ratu Mesir Kuno anggota terakhir dinasti Ptelemous. Ia adalah penguasa Mesir Kuno bersama ayahnya Ptelemous XII, saudara laki-lakinya sekaligus sebagai suaminya Ptelemous XIII dan Ptelemous XIV dan anaknya Caesarion.





Masa Kecil

Cleopatra adalah seorang yang berdarah Yunani, bukan keturunan Mesir. Ia dilahirkan pada awal tahun 69 SM. anak ke-3 dari 6 bersaudara yang lahir dikalangan Dinasti Ptolemaik Yunani. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Alexandria yang merupakan kota terbesar dan termewah saat itu.



Kerajaan dari ayah Cleopatra tidak aman akibat tekanan dan konflik dari luar dan dalam perebutan kekuasaan, serta konflik internal seperti sentralisasi pemerintahan dan korupsi politik. Hal ini memicu pemberontakan dan lepasnya Siprus dan Cyrenaica yang menyebabkan masa kekuasaan Ptolemeus sebagai salah satu yang paling mematikan di dinasti tersebut. Semasa kecil, Cleopatra telah melihat persengketaan dalam keluarganya sendiri. Dikatakan bahwa ayahnya selamat dari 2 usaha pembunuhan ketika seorang pelayan menemukan ular berbisa yang mematikan di tempat tidurnya dan pelayan yang mencicipi minuman anggur tuannya meninggal. Kakak perempuan tertuanya, Tryphaena, juga mencoba untuk meracuni Cleopatra sehingga ia mulai menggunakan juru cicip. Ketika ia berusia belasan tahun, ia menyaksikan kejatuhan ayahnya sendiri dan ayahnya menjadi boneka Kekaisaran Romawi akibat beban utang yang terlalu tinggi, tetapi masih berharap agar Romawi tidak menaklukkan Mesir. Keadaan itu menyebabkan Ptolemeus XII diusir rakyat dari Alexandria yang akhirnya melarikan diri ke Romawi. Pada tahun 58 SM, ibunya, Cleopatra V mengambil alih pemerintahan bersama anaknya, Berenice IV dengan bantuan gubernur Suriah yang dikuasai Romawi, Aulus Gabinius, selama setahun hingga ibunya meninggal, lalu Berenice IV memerintah sendiri. Ptolemeus XII menggulingkan anak perempuan tertuanya pada tahun 55 SM dan menghukum mati anaknya, Berenice IV. Kakak perempuan Cleopatra lainnya, Tryphaena, mengambil takhta dan tidak lama kemudian ia meninggal yang menyisakan Cleopatra dengan suaminya dan adiknya, Ptolemeus XIII sebagai penerus takhta.

Dari ayahnya, Ptolemeus XII, Cleopatra mengetahui akan kekuatan leluhurnya. Leluhurnya telah melakukan penaklukan besar hampir 3 abad yang lalu.




Naik Tahta

Ptelemeus XII meninggal pada bulan Maret tahun 51 SM. Cleopatra menurunkan nama Ptelemeus dari dokumen resmi dan wajahnya muncul sendiri di uang koin yang bertentangan dengan tradisi ptolemaik yang menyatakan bahwa pemimpin wanita dibawahkan oleh pemimpin laki-laki. Akibatnya, kelompok rashasia orang yang tidak termasuk dalam istana yang dipimpin oleh Kasim Pothinos, menjatuhkan Cleopatra dari tahta dan menjadikan Ptolemeus pemimpin pada tahun 48 SM. Cleopatra mencoba melakukan pemberontakan disekitar Pelusium, Tetapi ia terpaksa melarikan diri dari Mesir dengan adiknya yang tersisa Arsinoe

Turun Tahta

Pada bulan Agustus tahun 51 SM, relasi mereka rusak. Kleopatra menurunkan nama Ptolemeus dari dokumen resmi dan wajahnya muncul sendiri di uang koin yang bertentangan dengan tradisi Ptolemaik yang menyatakan bahwa pemimpin wanita dibawahkan oleh pemimpin laki-laki. Akibatnya, kelompok rahasia orang yang tidak termasuk dalam istana, yang dipimpin oleh kasim Pothinus, menjatuhkan Kleopatra dari kekuasaan dan menjadikan Ptolemeus pemimpin pada tahun 48 SM (atau lebih awal, dan terdapat sebuah dekret pada tahun 51 SM dengan nama Ptolemeus sendiri). Kleopatra mencoba untuk melakukan pemberontakan di sekitar Pelusium, tetapi ia terpaksa melarikan diri dari Mesir dengan adiknya yang tersisa, Arsinoe

Kembali Naik Tahta

Ketika Cleopatra pergi dari Mesir, Pompey terlibat dalam perang saudara Romawi. Pada musim gugur tahun 48 SM, Pompey melarikan diri dari pasukan Julius Caesar ke Alexandria dan mencari suaka. Ptolemeus saat itu berusia 15 tahun dan menunggu kedatangannya. Pada tanggal 28 September 48 SM, Pompey dibunuh oleh salah satu mantan perwiranya yang sekarang bekerja untuk Ptolemeus. Ia dipenggal di depan istri dan anaknya, yang berada di kapal yang baru saja ia turuni. Ptolemeus berpikir bahwa dengan melakukan ini ia dapat menyenangkan Julius Caesar. Ternyata ini merupakan kesalahan besar. Ketika Caesar tiba di Mesir dua hari kemudian, Ptolemeus memberikan kepala Pompey. Caesar yang melihat hal ini sangat marah karena walaupun ia musuh politik Caesar, Pompey adalah konsul Roma dan duda dari anak Julius Caesar, Julia. Caesar menguasai ibukota Mesir dan menjadikan dirinya penengah dalam pertentangan antara Ptolemeus dan Cleopatra.



Cleopatra mengambil kesempatan ini dan kembali ke istana untuk bertemu dengan Caesar. Diyakini bahwa Caesar terpesona dengan langkahnya, dan Cleopatra menjadi kekasihnya. Sembilan bulan setelah pertemuan pertama mereka, Cleopatra melahirkan seorang bayi. Pada saat ini, Caesar meninggalkan rencananya untuk menguasai Mesir, dan mendukung klaim Cleopatra atas takhta. Setelah perang saudara singkat, Ptolemeus XIII tenggelam di Sungai Nil dan Caesar mengembalikan Cleopatra ke takhtanya, dengan adiknya yang lain Ptolemeus XIV sebagai wakil pemimpin baru.

Hubungan Cleopatra dengan Julio Caesar

Walaupun perbedaan umur Cleopatra dan Julius Caesar sebesar 30 tahun, Cleopatra dan Caesar menjadi kekasih selama Caesar berada di Mesir tahun 48 SM sampai 47 SM. Mereka bertemu ketika Cleopatra berusia 21 tahun dan Caesar berusia 50 tahun. Pada tanggal 23 Juni 47 SM, Cleopatra melahirkan Ptolemeus Caesar (disebut "Caesarion" yang berarti "Caesar kecil"). Cleopatra mengklaim Caesar sebagai ayahnya dan berharap untuk menjadikan anak itu sebagai ahli waris, tetapi Caesar menolak dan lebih memilih cucu lelakinya, Oktavianus. Caesarion dimaksudkan untuk mewarisi Mesir dan Romawi, menyatukan timur dan barat.


Cleopatra dan Caesarion mengunjungi Roma pada tahun 47 SM sampai tahun 41 SM dan hadir ketika Caesar dibunuh pada tanggal 15 Maret 44 SM. Sebelum atau sesudah pembunuhan, ia kembali ke Mesir. Ketika Ptolemeus XIV meninggal karena kesehatannya memburuk, Cleopatra menjadikan Caesarion penerusnya. Untuk menjaganya dan Caesarion, adiknya Arsinoe meninggal.

Hubungan Cleopatra dengan Markus

Pada tahun 42 SM, Markus Antonius, salah satu orang yang berkuasa di Roma setelah kematian Caesar, memanggil Cleopatra untuk bertemu dengannya di Tarsus untuk menjawab pertanyaan mengenai kesetiaan Cleopatra. Cleopatra tiba dan memikat Antonius yang menyebabkan Antonius menghabiskan musim dingin tahun 41 SM–40 SM dengannya di Alexandria. Pada tanggal 25 Desember 40 SM, ia melahirkan 2 anak, Alexander Helios dan Cleopatra Selene II.

Empat tahun kemudian, tahun 37 SM, Antonius mengunjungi Alexandria sekali lagi untuk berperang dengan Parthia. Ia memperbarui hubungannya dengan Cleopatra, dan sejak saat itu Alexandria menjadi rumahnya. Ia menikahi Cleopatra berdasarkan ritus Mesir (menurut sepucuk surat yang dikutip oleh Suetonius), walaupun ia saat itu sudah menikah dengan Oktavia Minor. Ia dan Cleopatra dikaruniai seorang anak yang bernama Ptolemeus Philadelphus.

Setelah Cleopatra dan Antonius menyatakan akan membagi wilayah kepada anak-anak Cleopatra pada tahun 34 SM, dan juga setelah serangan Antonius terhadap Armenia, Cleopatra dan Caesarion dimahkohtai sebagai wakil pemimpin Mesir dan Siprus. Alexander Helios menjadi pemimpin Armenia, Media, dan Parthia; Cleopatra Selene II menjadi pemimpin Cyrenaica dan Libya. Ptolemeus Philadelphus menjadi penguasa Phoenicia, Suriah, dan Sisilia. Kleopatra juga mendapat gelar "Ratu atas Raja".
Sikap Antonius dipandang buruk oleh Romawi, sehingga Oktavianus meyakinkan senat untuk berperang dengan Mesir. Pada tahun 31 SM, pasukan Antonius menghadapi serangan armada Romawi di Pantai Actium. Dengan terjadinya pertempuran Actium, Oktavianus menyerang Mesir. Setelah ditinggalkan oleh tentaranya, Antonius melakukan aksi bunuh diri dengan menikam dirinya dengan pedang pada tanggal 12 Agustus 30 SM.


Kematian Cleopatra

Akibat kematian Markus Antonius, akhirnya Ratu Cleopatra juga ikut bunuh diri. Tidak diketahui bagaimana ia meninggal, tetapi menurut legenda, Ia mengambil keputusan untuk bunuh diri setelah menyadari bahwa ia gagal mencapai tujuannya. Ia meninggal akibat membiarkan dirinya digigit ular berbisa yang diselipkan kebakul yang berisi buah ara.

Dalam detik-detik terakhir kematiannya, ia menyatakan takdirnya sebagai seorang dewi.

Anak Cleopatra, Caesarion mengklaim sebagai firaun Mesir, tetapi Oktavianus menang lebih dulu. Caesarion ditangkap dan dieksekusi; hidupnya dilaporkan diakhiri oleh pernyataan Oktavianus yang terkenal: "Tidak baik memiliki terlalu banyak Caesar." Hal ini mengakhiri garis pharaoh Mesir. Tiga anak dari Cleopatra dan Antonius diampuni dan dibawa kembali ke Roma dan mereka dirawat oleh istri Antonius, Oktavia Minor.

Pelayan Cleopatra, Iras dan Charmion juga bunuh diri. Anak perempuan Antonius, Oktavia dan anaknya, Iullus Antonius, diampuni. Anaknya yang tertua, Marcus Antonius Antyllus, dibunuh ketika memohon pengampunan di Caesarium.

Selama ini, Cleopatra diketahui mati bunuh diri pada 30 Sebelum Masehi, setelah memasukkan anggota tubuhnya ke dalam keranjang penuh ular kobra.


Trier kemudian melakukan eksepedisi bersama ahli lain ke Alexandria, Mesir dan meneliti dokumen kuno serta berkonsultasi dengan ahli ular.
“Cleopatra ingin agar kecantikannya diingat setelah dia mati dengan membuat mitos,” kata dia dalam acara Adventure Science yang ditayangkan stasiun televisi Jerman, ZDF.
“Dia kemungkinan menegak cocktail opium, hemlock, dan aconitum. Di masa itu, campuran ini diketahui sebagai ramuan mematikan dan lebih cepat dari bisa ular,” kata dia. Jika bisa ular mematikan dalam hitungan hari, ramuan ini hanya dalam hitungan jam.


Cleopatra dalam kebudayaan populer

Cerita Cleopatra telah mengagumkan penulis dan artis. Selain ia adalah figur politik yang kuat, ia juga muncul sebagai orang yang dapat bersekutu dengan 2 orang terkuat (Julius Caesar dan Markus Antonius) pada masanya. Ia muncul baik dalam buku, film, novel, drama, permainan video, lukisan, dan serial televisi. Contohnya pada drama Antony dan Cleopatra tahun 1609 buatan William Shakespeare. Film pertama yang berkaitan dengan Cleopatra adalah Antony and Cleopatra dengan Florence Lawrence sebagai Cleopatra. Contoh film lain adalah Cleopatra yang dibintangi oleh Helen Gardner. Banyak artis yang juga menjadikan Cleopatra sebagai objek lukisannya, contohnya Guido Cagnacci yang melukis tentang kematian Cleopatra pada tahun 1658.


Tim Arkeologi menemukan Istana Cleopatra

Cleopatra adalah legenda abadi. Kemasyhurannya tak lekang sepanjang zaman, kisahnya selalu menarik untuk ditelisik, dan pesonanya menjadi misteri yang selalu menggelitik hati.

Adalah Frank Goddio, seorang ilmuwan yang selama 10 tahun melakukan penelitian dan ekspedisi untuk menemukan istana Ratu Cleopatra. Berdasarkan berbagai data yang diperolehnya, Goddio yakin bahwa reruntuhan istana Cleopatra ada di salah satu titik di bawah permukaan teluk Alexandria. Empat abad setelah tewasnya Cleo karena bunuh diri dengan membiarkan dirinya dipatuk ular, sebuah gempa besar dan ombak raksasa (tsunami) meruntuhkan dan menyapu bersih istana Cleopatra.

Teluk Alexandria memiliki kedalaman antara 6 – 30 kaki, dengan luas 1 mil persegi. Petunjuk pencarian istana Cleopatra dimulai dari kisah seorang pedagang Yunani bernama Strabo. Tiga tahun setelah kejatuhan Cleopatra, ia mengunjungi Alexandria dan bercerita tentang sebuah kota yang dikelilingi tembok tinggi. Kota ini memiliki mercu suar besar yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia kuno. Mercu suar dengan lampunya yang besar inilah yang memanggil pelaut dari berbagai penjuru dunia datang melabuhkan kapalnya di pelabuhan Alexandria.

Goddio mengundang arkeolog Amerika dari Universitas Chicago untuk mencari dimana lokasi reruntuhan istana Cleopatra berada. Ditemani oleh Ibrahim Darwish, Direktur Bawah Air Departemen Arkeologi Mesir, para penyelam dan 30 ahli dari Perancis dan Mesir, mereka memulai ekspedisi untuk menemukan istana Cleopatra. Yang pertama-tama mereka temukan adalah sebuah kapal yang karam dan tertimbun 30 kaki di dasar laut. Uji karbon menunjukkan bahwa kapal itu berasal dari masa Cleopatra.

Penemuan kapal itu merupakan awal yang menggembirakan. Seorang pelukis diterjunkan ke bawah laut untuk membuat sketsa kapal dengan kertas tahan air. Dari sketsa yang dibuat, selanjutnya ditransfer ukuran dan detail kapal, untuk mengetahui kapan kapal tersebut dibuat. Desain kapal yang dibuat berdasarkan sketsa kemudian dikirim kepada Dr. Steve Vinson, ahli kapal kuno dari Universitas Chicago. Dengan model yang dibuat melalui komputer, Dr. Vinson berhasil menghidupkan kembali kapal kuno ini. Panjang kapal 100 kaki, tinggi tiang penyangga layarnya 24 kaki. Kapal ini adalah kapal barang, membawa 300 ton gandum dan anggur dari Mesir ke Roma. Pada masa itu, Mesir yang subur oleh aliran sungai Nil mengirimkan 50.000 ton gandum setiap tahun ke Roma.

Tidak mudah untuk ‘menggali’ kembali bangkai kapal ini. Para penyelam mengalami kesulitan, karena kapal tertimbun kalsium selama berabad-abad, membentuk lapisan yang keras dan tebal. Jarak pandang di dasar laut juga sangat terbatas karena air yang keruh bercampur lumpur. Di sekitar lokasi karamnya kapal ditemukan patung dewa Yunani Hermes, ular melengkung yang merupakan penjaga kota, dan burung suci Mesir. Juga ditemukan kepala Ratu Kerajaan Romawi.

Goddio melengkapi penyelam-penyelamnya dengan teknologi canggih. Sebuah GPS (Global Positioning System), GPS pertama yang dipakai di bawah air, dipergunakan oleh para ahli untuk menentukan posisi (kedalaman dan koordinat) titik-titik di bawah air dengan cermat. GPS ini diberi nama ‘piano’, karena memiliki banyak tombol berwarna hitam seperti tuts piano.

Pada tahun 1997 dan 1998 sesudah pengangkatan arkeologi dari bawah air, diperoleh gambaran tentang kota yang hilang itu, istana tempat Cleopatra merayu Yulius Caesar, juga pantai tempat Mark Anthony membangun tempat untuk menyepi sebelum akhirnya bunuh diri. Istana Cleopatra terdapat di pulau Antirhodos, di teluk Alexandria. Untuk pertama kali setelah tenggelam selama 2000 tahun, istana Cleopatra mendapat pengunjung dari muka bumi.

Para penyelam menemukan batu dengan pahatan di antara reruntuhan istana. Tidak mungkin untuk mengangkat batu tersebut ke permukaan air, maka sebuah lembaran silikon lunak dimasukkan untuk menyalin huruf hyeroglyph yang dipahat pada batu tersebut. Lembaran silikon lunak tersebut ditempelkan pada permukaan batu, kemudian dipukul dengan palu untuk mendapatkan ‘cetakan’ huruf Hyeroglyph yang terpahat pada batu tersebut. Lembaran silikon ini dibawa untuk dipelajari para ahli Mesir dan Yunani kuno. Diketahui, bahwa pahatan dalam bahasa Yunani tersebut untuk menghormati kaisar yang memerintah 2 abad setelah kematian Cleopatra.

Nenek moyang Cleopatra berasal dari Yunani. Ia membawa gaya arsitektur Yunani ke Mesir. Ditemukan 60 tiang/pilar raksasa dari batu granit merah Mesir, berdiameter 4 kaki, tinggi 20 kaki. Pilar-pilar ini menutupi area seluas 180 kaki persegi di teluk Alexandria. Dari lukisan kuno yang ditemukan, diketahui bahwa pilar-pilar itu terdapat pada pintu gerbang masuk ke pulau Antirhodos. Goddio, yang ikut langsung menyelam ke bawah permukaan air, menemukan inskripsi (pahatan) bergambar ular, berbunyi “hidup yag abadi”. Ditemukan juga jalan lebar seluas 600 kaki persegi mengelilingi pulau, membentuk serangkaian jalan yang indah dan mewah.

Goddio dan Emily Teeter, seorang arkeolog Amerika, mempelajari berbagai artefak yang berhasil ditemukan. Cangkir dan piring, serta lampu minyak yang mungkin dulu dipakai Cleopatra. Akhirnya ditemukanlah 200 kaki persegi batu pondasi istana. Usia kayu yang terdapat pada pondasi menandakan bahwa pondasi itu dibangun 200 tahun sebelum Cleo. Ini adalah istana yang diwarisi Cleo sebagai ratu.

Bagi orang Mesir, kehidupan sesudah mati adalah sangat penting. Semua dapat dilacak di kuil, karena kuil selalu bisa bertahan terhadap zaman. Sebuah kuil, terletak ratusan mil ke arah selatan, menyimpan keabadian Cleopatra. Wujudnya digabung dengan Dewi Isis, dewi kesuburan yang mengontrol sungai Nil. Sungai ini menjadi sumber air utama bagi pertanian Mesir. Bagi para pemuja di Mesir dan Romawi, Cleopatra adalah Isis.

Dari reruntuhan istana Cleopatra ditemukan 2 buah sphinx yang masih utuh sempurna. Binatang mitologi ini memiliki wajah serupa dengan raja dan ratu. Salah satu sphinx memiliki wajah Cleopatra, dan sphinx yang satu lagi memiliki wajah ayah Cleopatra. Selain itu juga ditemukan patung kepala raksasa setinggi 50 kaki. Patung siapakah yang dibuat sebesar itu, jika bukan patung seseorang yang sangat berkuasa? Dari penyelidikan arkeologi, dipastikan bahwa patung itu adalah patung Octavianus, musuh besar Cleopatra. Setelah kematian Mark Anthony, Cleopatra merasa tidak akan sanggup mempertahankan Mesir dari serbuan Roma. Oleh karena itu ketika Octavianus membawa puluhan ribu tentaranya menyerang Alexandria, Cleopatra memilih bunuh diri. Baginya, mati dipatuk ular adalah lebih terhormat daripada ia ditaklukkan Octavianus.


0 komentar:

Posting Komentar